Awaamiliddaahilati alal-Mubtada wal Khobar - Kaana wa Akhwatuha

Bab: الأفعالُ الَّتِي تَرْفَعُ الاسْمَ وَتَنْصِبُ الْخَبَرَ

Bab ini membahas tiga kelompok fi‘il (kata kerja) yang memiliki pengaruh terhadap ism dan khabar. Ketiga kelompok ini dikenal sebagai bagian dari pembahasan penting dalam nahwu, karena masing-masing punya peran berbeda dalam perubahan harakat akhir kata.

Ketiga kelompok itu adalah:

  • 1. كان وأخواتها — fi‘il yang merafa‘kan isim dan menashabkan khabar.
  • 2. إنّ وأخواتها — huruf yang menashabkan isim dan merafa‘kan khabar.
  • 3. ظنّ وأخواتها — fi‘il yang menashabkan dua maf‘ūl (objek).

Dalam pembahasan kali ini, kita akan fokus pada bagian pertama yaitu كأنَ وأخواتها (Kāna wa akhawātuhā).


Bagian Pertama: كان وأخواتها

Maknanya: Fi‘il كأنَ وأخواتها adalah kelompok fi‘il yang merafa‘kan isim-nya dan menashabkan khabar-nya. Artinya, ketika salah satu dari fi‘il ini masuk ke dalam jumlah ismiyyah (kalimat nominal), maka isim yang tadinya mubtadaʼ akan tetap marfū‘, sementara khabar yang tadinya marfū‘ akan berubah menjadi manṣūb.

Contoh:

كَانَ اللهُ غَفُورًا (Kāna Allāhu ghafūran)
Artinya: “Allah Maha Pengampun.”

Penjelasan: Dalam contoh ini, Allāhu adalah ism kāna (marfū‘), sedangkan ghafūran adalah khabar kāna (manṣūb). Jadi perubahan posisi i‘rāb terjadi pada bagian khabar.

Fi‘il-fi‘il yang termasuk dalam kelompok Kāna dan saudara-saudaranya antara lain:

  • كان — tetap, terjadi, ada.
  • أصبح — menjadi pada waktu pagi.
  • أمسى — menjadi pada waktu sore.
  • أضحى — menjadi pada waktu dhuha.
  • ظلّ — menjadi pada waktu siang.
  • بات — menjadi pada waktu malam.
  • صار — berubah menjadi.
  • ليس — bukan / tidak (meniadakan sifat).

Catatan Penting: Semua fi‘il ini secara makna mengandung unsur “keadaan” (ḥāl) atau “perubahan keadaan” (taḥawwul). Karena itu, penggunaannya sangat bergantung pada konteks waktu atau kondisi yang ingin dijelaskan dalam kalimat.

Contoh tambahan:

  • أصبح الجوُّ جميلاً – “Pagi ini udara menjadi indah.” (Aṣbaḥa al-jawwu jamīlan)
  • ليس الطالبُ غائبًا – “Siswa itu tidak absen.” (Laisa aṭ-ṭālibu ghāiban)

Kesimpulan: Kāna wa akhawātuhā berfungsi untuk menyatakan keberadaan atau perubahan keadaan suatu subjek (ism) dan mempengaruhi i‘rāb-nya. Dengan memahami pola ini, kita bisa mengenali perubahan bentuk kalimat nominal menjadi kalimat fi‘liyah tanpa kehilangan makna asalnya.

Previous Post Next Post